ISP Strategi Menuju Perubahan Sosial

Strategi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Budaya Konsumerisme

”Masyarakat apa yang tidak mengenal keserakahan? Masalah tata sosial sekarang adalah bagaimananmenciptakan sistem dimana keserakahan tidak begitu menyakitkan; dan itulah kapitalisme.(Milton Friedman)”

PEMIKIRAN POSTMODERN JEAN BAUDRILLARD

PARPOL MAHASISWA WUJUD DEMOKRATISASI KAMPUS

Dec 10, 2010

ILMU SOSIAL PROFETIK JALAN MENUJU PERUBAHAN SOSIAL (Strategi Gerakan IMM)

Pra Wacana
Proses perkembangan masyarakat dan sejarah yang merupakan bagian yang terus berjalan dan memberikan berbagai warna untuk mengaktualisasikan berbagai hal yang ada dalam diri serta kepentingan-kepentingan yang membentuknya. Kemajuan peradaban merupakan proses menuju suatu keniscayaan yang diharapkan dan diimpikan dengan sebuah aksi real dalam perkembangan pemikiran. Kemampuan akal yang diberikan Tuhan kepada manusia merupakan suatu nilai lebih untuk tugas manusia di dunia sebagai khalifah di muka bumi. Kemampuan akal yang tak terukur dan dijadikan sebagai aktualisi dirinya serta yang ada dalam dunia.
Berbagai asumsi serta konsepsi yang ada dalam diri serta masyarakat secara umum menjadikan suatu kemajemukan dalam dunia ini, karena kemajemukan dan perbedaan hanya berada pada wilayah esensi yang memberikan bentuk kepada segala sesuatu. Kemajemukan manusia (mikro kosmos) serta alam (makro kosmos) yang menyertai manusia di dunia memberikan dampak untuk perkembangan diri manusia sendiri maupun dunia secara luas karena adanya sifat ketidakpuasan dan perkembangan untuk perubahan.
Perkembangan kazhanah pemikiran yang terjadi dalam periode sekarang ini merupakan salah satu bentuk aktualisasi akal dan personal manusia yang mempunyai suatu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Kazhanah pemikiran yang merupakan aktualisasi manusia terhadap koseptual yang menjadi pandangannya untuk menjadikan ini menjadi lebih baik.
Pada titik awal perkembangan manusia dengan adanya perbedaan kelas yang terjadi untuk menjaga otoritas bagi sebagian pihak yaitu posisi Bangsawan atau orang yang dianggap lebih mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, yang kemudian terjadi perkembangan kapitalisme yang menjadi ideologi kaum pemodal untuk melegalkan segala kepentingannya diatas penderitaan orang lain, yang selanjutnya menjadikan suatu jurang pemisah yang jauh antara orang miskin dan kaya. Perkembangan terus terjadi dengan semakin berkembangnya Kapitalis yang menjadi Liberalisme bahkan seperti sekarang ini menjadi Neo-Liberalisme. Berbagai kepentingan yang lebih menguntungkan pemodal tanpa umpan balik kepada pekerja yang merupakan salah satu factor penting untuk eksistensi kegiatan utamanya. Berbagai sentuhan kemanusiaan yang diberikan hanya suatu rekayasa yang dilakukan agar seolah-olah para penguasa modal mempunyai suatu rasa kepedulian terhadap orang yang ditindasnya.
Keadaan yang terjadi tidaklah berjalan seperti adanya tetapi banyak terjadi pertentangan karena ketidaksepakatan dengan yang terjadi seperti adanya pertentangan untuk melawan otoritas gereja dan bangsawan pada zaman Renaisans sehingga dianggap sebagai zaman pencerahan dengan adanya kebebasan pribadi, tetapi dengan adanya hal tersebut memberikan dampak perkembangan pemikiran untuk penguasaan pribadi tanpa memandang hak orang lain. Ketika kapitalisme muncul maka penentang aliran tersebut juga muncul untuk memperjuangan kebebasan yang telah direbut hanya untuk penguasaan pribadi, muncul Karl Marx yang memperjuangkan kelas proletar yang telah ditindas dengan Dilektika Materialnya. Perkembangan Kapitalisme menjadi Neo-Liberalisme juga menjadikan kehidupan ini menjadi lebih buruk sehingga ada berbagai penolakan terhadap hal-hal tersebut.
Perjuangan terus terjadi dan memberikan warna yang berbeda dan dapat dijadikan refleksi untuk menjadikannya lebih baik. Perjuangan-perjuangan yang terjadi untuk melawan berbagai bantuk penindasan dan ketidakadilan sosial yang terjadi dengan berbagai metode yang diberikan ternyata tidak menjadi solusi yang efektif untuk merubah keadaan serta hal-hal bertentangan yang telah terjadi. Tidak seperti yang diramalkan Marx, revolusi sosialis yang sangat ekstrem justru muncul dalam masyarakat Non-Kapitalis[1]. Ternyata keadaan yang terjadi tidaklah sesuai konsep ideal yang telah dirumuskan.
Islam adalah sebuah agama dalam pengertian teknis dan sosial-revolutif yang menjadi tantangan yang mengancam struktur yang menindas pada saat ini di dalam maupun diluar Arab[2]. Salah satu solusi yang belum diterpkan dalam perjuangan untuk memberikan kebebasan tanpa adanya perbedaan dalam kehidupan manusia dapat ditunjukkan dengan konsep yang dibangun Islam dalam menjalani kehidupan ini berbagai wahyu Tuhan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang menjadi acuan pergerakan dan aktualisasi diri hamba kepada Tuhan.
Gerakan mahasiswa yang merupakan salah satu komponen perubahan sosial seharusnya dapat berkembang lebih agar dalam perjalanannya dapat memberikan perubahan bagi masyarakat luas. Tanggungjawab yang melekat dalam diri mahasiswa yaitu sebagai agent of change dan agent of control seharusnya dapat diaktualisasikan. Berbagai hal telah dilakukan tetapi apakah perubahan yang signifikan telah terjadi untuk mengaktualisasikan tanggungjawabnya tersebut.
Modernisme dan Kapitalisme Akar Masalah Sosial
Sejarah perubahan sosial telah banyak dilalui dari berbagi bangsa serta banyak tokoh yang mencoba mengkonsepkannya dan mengaktualisasikannya. Konteks perubahan sosial dan paradigma yang terjadi tidak dapat kita lepaskan dalam penerapan suatu teori atu gagasan yang muncul dari tokoh-tokoh sebelumnya. Makanya untuk coba memberikan solusi yang dapat diaktualisasikan, perlu untuk mengetahui konteks permasalahan yang terjadi. Sehingga dalam pengaplikasiannya dapat memberikan solusi yang solutif.
Perkembangan pergulatan pemikiran yang terjadi di barat telah menimbulkan berbagai dampak dalam beberapa bidang kehidupan. Teosentrisme yang berkembang di barat yaitu untuk memusatkan segala segi kehidupan ini pada Tuhan telah dijatuhkan oleh antroposentrisme. Teosentris berkembang dari otoritas gereja yang dijadikan penentu segala aspek kehidupan manusia, karena pendeta dan gereja merupakan abdi Tuhan yang berada di dunia. Manusia telah teralienasi dalam proses kehidupannya sendiri dan tidak mempunyai hak untuk menentukan arah proses kehidupannya.
Antroposentrisme yang telah menjatuhkan Teosentrisme dimana pemusatan segala sesuatu berada pada diri manusia. Kehendak bebas sebenarnya dimiliki manusia sehingga manusia mempunyai hak untuk melakukan berbagai hal yang merupakan konsep yang ingin diaktualisasikannya. Perkembangan pemikiran di Barat tentang Antroposentrisme ternyata menimbulkan berbagai dampak bagi kehidupan dan perkembangan pemikiran manusia. Awal dimana mulai dimunculkannya Antroposentrisme ketika seorang filosof besar Rene Descartes mengeluarkan argumen yaitu cogito ergo sum (aku berfikir maka aku ada). Konsep tersebut telah mengilhami berbagai pemikiran selanjutnya yang akan mempengaruhi pemikiran masyarakat sekarang ini.
Perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan mulai berkembang dari pernyataan yang dikeluarkan Rene Descartes tersebut. Ternyata setelah pernyataan tersebut manusia yang awalnya tidak mempunyai kehendak bebas mulai berfikir dan merefleksikan hal tersebut. Refleksi itu menghasilkan pemahaman kebebasan manusia menentukan kehidupan dan pemikirannya. Perkembangan dimulai dengan penentangan Galilea Galileo terhadap otoritas gereja yang mengatakan bahwa bumi itu datar dan ketika kita melangkah sampai ujung dunia maka akan ditemui jurang. Galilea Galileo mengatakan bahea pada kenyataannya bumi itu bulat dan ketiak kita terus berjalan ke satu arah maka akan menemui titik permulaan tadi. Akhirnya Galilea Galileo dibakar karena dianggap telah menodai ajaran agama.
Pemikiran Rene Descartes tersebut dan keberaniaan Galilea Galileo untuk menentang gereja sampai dihukum mati ternyata tidak menyurutkan berbagai kelanjutan pemikiran yang telah merubah paradigma banyak orang. Penemuan berbagai teori pengetahuan serta pemikiran  rasionalis yang lebih menekankan akal untuk mencari pengetahuan. Penemuan alat industri serta terjadinya revolusi industri di Inggris juga meupakan dampak yang nyata msayarakat memasuki zaman modern. Peralihan kerja dan kelas-kelas sosial dimulai dari zaman ini.
Hasil yang berdampak dalam proses modernisasi adalah materialisme dan sekuleristik. Materialisme yang ada pasca zaman modern telah mengakibatkan masyarakat terfokus pada materi untuk didapatkan sehingga aspek nilai yang seharusnya ada dalam setiap proses ternafikan bahkan ditiadakan. Hal ini juga menyebabkan masyarakat berfokus untuk menjadikan materi sebagai tujuan hidupnya. Sekuleristik juga berkembang pasca pemikiran antroposentrisme mulai menjadi pemahaman masyarakat, sehingga Tuhan ternafikan dan kehendak manusia mengalahkan segalanya. Dua hal yang menjadi ciri serta pemhaman masyarakat modern terus dikembangkan dan mengalami adaptasi sehingga dapat relevan dengan perkembangan masyarakat.
Kapitalisme merupakan sistem yang dikembangkan pasca revolusi industri dan dipengaruhi sepenuhnya oleh pemahaman materialisme dan sekuleristik. Berbagai kepentingan yang ada hanya untuk mencari keuntungan, sehingga dalam pencapaiannya berbagai kepentingan yang seharusnya diperhatikan ternyata direproduksi untuk melegalkan kepentingannya. Perkembangan kapitalisme yang awalnya hanya dalam sebuah sistem ekonomi ternyata dapat mempengaruhi berbagai segi yang ada dalam masyarakat.
Kapitalisme merupakan akar permasalahan yang menjadikan masyarakat sengsara dan mengalami kehidupan yang seperti sekarang ini. Permulaan kapitalisme yang terjadi di berbagi dunia dimulai dengan Imperialisme dimana pencarian kekayaan oleh Negara-negara barat untuk kebuthuhan negaranya. dalam perkembangan yang terjadi hal tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi dimanfaatkan untuk mencari keuntungan. Perkembangan yang terjadi pencarian kekayaan alam tersebut semakin lama dilakukan untuk kepentingan pribadi menumpuk kekayaan. Berbagai dampak telah ditimbulkan karena pengeksploitasian hasil kekayaan alam Negara jajahan.
Perkembangan yang terjadi setelah masa imperialisme yaitu kolonialisme. Kolonialisme lebih menjadikan Negara sebagi koloni untuk pemenuhan kebutuhan Negara serta eksploitasi yang lebih terhadap masyarakat di Negara jajahan tersebut. Berbagai dampak yang telah ditimbulkan dari penjajahan imperialisme dan kolonialisme masih banyak terasa sampai sekarang.
Gagasan kapitalisme yang pada awalnya dikeluarkan oleh Adam Smith yang menjelaskan bekerjanya mekanisme hukum pasar atas dasar kepentingan-kepentingan pribadi karena kompetisi dan kekuatan individualisme dalam menciptakan keteraturan ekonomi[3]. Tokoh yang juga menanamkan dasar kapitalisme adalah David Ricardo yang coba melengkapi dan mengkritik apa yang dikeluarkan Adam Smith. Perkembangan yang terjadi menyebabkan semakin tersistematisnya konsep kapitalisme menjadi ideologi yang menjadikan dampak dalam berbagi bidang tidak hanya ekonomi.
Keadaan yang mejadikan kapitalisme menjadi sekarang ini karena adanya kepentingan-kepentingan yang semakin dilegalkan untuk terus mengembangkan kapitalisme menjadi suatu hal yang biasa dan seharusnya terjadi. Kapitalisme bahkan dapat beradaptasi dengan keadaan masyarakat bahkan seakan-akan hal itu terus berkembang dan hanya menguntungkan beberapa pihak saja. Kepentingan sosial dalam konteks kenegaraan dapat terkalahkan hanya untuk menguntungkan beberapa pihak.
Keadaan bangsa indonesia yang telah mengalami berbagai bentuk penjajahan dan permasalahan bangsa yang tidak bisa kita nafikan. Perjuangan bangsa untuk mengusir penjajah sampai pergerakan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan. Pada kenyataannya pejajahan di indonesia ternyata merupakan proyek-proyek barat yang coba dilakuakan untuk terus melakukan eksploitasi bagi kepentingan barat. Dampak yang terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi saja tetapi melibatkan berbagi bidang.
Permasalahan Akibat Kapitalisme
1.      Budaya Konsumerisme
Industrialisasi yang semakin berkembang memberikan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, kapitalis yang merupakan sistem yang telah memberikan berbagai dampak dimana manusia/masyarakat sebagai objek dalam rangka mengembangkan sistemnya serta lebih menekankan pada proses produksi, tetapi dalam perkembangan saat ini konsumsi menjadi fokus utama yang menjadi pengembangan dari modal. Konsumsi yang sekarang ini menjadi penekanan dalam sistem yang ada memberikan berbagai dampak karena permainan dari kapitalis, ”...kenyataanya kebutuhan dan konsumsi adalah perluasan dari kekuatan produktif yang diorgasnisir (Baudrillad)[4]”.
Keadaan masyarakat yang sekarang ini semakin berubah seiring perkembangan zaman yang dialaminya. Pengaruh dari budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat menyebabkan adanya perubahan pola pikir masyarakat yang terpengaruh budaya yang berkembang. Pola pikir yang terjadi dalam masyarakat sekarang yaitu substansi yang seharusnya merupakan tujuan awal dan utama terkalahkan dengan adanya dominasi budaya yang berkembang di masyarakat. Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih kearah keinginan dan budaya atau mode yang sedang berkembang, proses konsumsi dari masyarakat sekarang ini tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta budaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.
Kelas dalam masyarakat juga dapat dijadikan salah satu faktor perkembangan budaya konsumerisme. Menurut Marx pemahaman terhadap supra struktur akan menentukan pola terhadap super struktur yaitu kelas sosial memberikan dampak budaya yang seharusnya ada dalam masing-masing kelas sehingga pelekatan fashion serta mode yang ada haruslah sesuai dengan budaya yang berkembang pada masing-masing kelas tersebut. Sehingga masyarakat kelas atas ketika mereka membeli barang haruslah ber-merk dan mempunyai tingkatan sesuai kelasnya. Serta masyarakat yang berada pada kelas yang lain yang ingin dimasukkan dalam kelasnya haruslah mengikuti budaya sesuai kelas yang diinginkan.
Berbagai hal yang kita alami sekarang ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi merupakan proyek yang direncanakan dalam pengembangan sistem kapitalis untuk melebarkan sayapnya. Peran budaya yang seharusnya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia ternyata berkembang secara kebalikannya karena manusia sekarang merupakan bentukan budaya yang ada, budaya yang dibentuk pada kenyataanya merupakan bentukan agen kapitalis yang dibentuk melalui berbagai media yang menyampaikan kode kepada manusia yang diterima yang selanjutnya dilakukan oleh manusia. Kelas sosial yang ada dimanfaatkan oleh kapitalis untuk lebih mengembangkan sistem yang ada karena adanya motivasi yang diberikan media tentang berbagai hal untuk mencapai suatu kelas dan peran utama dari media yang dimanfaatkan dan dapat membentuk wacana dalam masyarakat dan pola berfikir yang dijalaninya.
Perkembangan budaya konsumerisme yang terjadi seharusnya kita sadari karena hal yang terjadi dalam masyarakat tersebut menguntungkan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi objek.
2.         Permainan Media dan Budaya Pop
Konsentrasi kapitalisme sudah beralih dari produksi ke distribusi karena itu adaptasi yang dilakukan agen kapitalis. Pada awal perkembangan kapitalisme produksi merupakan fokus awal yang terus digarap agar dapat memaksimalkan laba yang ada. Upah buruh dan bahan untuk produk yang kemudian diminimalkan agar biaya produksi semakin ditekan. Peralihan tersebut mulai dijalankan dengan mengalihkannya pada dataran distribusi. Distribusi dilakukan dengan berbagai cara agar konsumen mau membeli produk tersebut. Pada sekarang ini dua hal tersebut disinergiskan sehingga secara produksi dan distribusi dilakukan sehingga akumulasi modal semakin besar.
Media merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia saat ini, karena berbagai hal mengenai informasi dapat diperoleh melalui hal tersebut. Berbagai kepentingan yang seharusnya dapat bermanfaat ternyata pada perkembangan saran media tersebut tidak berjalan sesuai dengan fungsi yang seharusnya. Kepentingan-kepentingan kapitalisme terus berkembang dan menjadikan beberapa sarana untuk diadopsi kemudian dijadikan agen pengembangannya. Media salah satu cara untuk mengembangkan proyek besar kapitalisme yang telah terstruktur. Logika awal yang dipakai oleh kaum kapitalis yaitu untuk mengakumulasikan modal tanpa memandang nilai dan hak orang lain aktulisasi yang dilakukan cara dengan penanaman paradigma kepada agen yang ingin dikusainya. Media merupakan salah satu sarana yang untuk menanamkan paradigama tersebut kepada masyarakat luas.
Kemampuan media yang semakin canggih dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas dapat memberikan dampak positif dan negatif. Program besar kapitalisme untuk memainkan media sebagai salah satu metode untuk mengembangkan dirinya ternyata tanpa kita sadari telah memasuki paradigma masyarakat secara tidak disadari. Peran media terhadap penyebaran kapitalisme berada pada dataran penyebaran produk-produk yang ada untuk terus melebarkan sayapnya. Perubahan paradigma masyarakat terhadap paradigma yang ada telah menyebabkan masyarakat awam serasa memiliki kebebasan untuk memilih produk yang ada sementara ternyata hal tersebut merupakan strategi dari kapitalisme untuk menyebarkan produknya. Inilah kode kemudian yang mengontrol apa yang kita konsumsi dan apa yang tidak kita konsumsi[5].
Hasil dari pembentukan paradigma oleh agen kapitalis juga menumbuhkan beberapa hal baru yang berkembang dalam masyarakat. Pop culture (budaya pop) adalah salah satu yang telah dikembangkannya yaitu tindak lanjut dari permainan media yang dilakukan agen kapitalisme. Permainan media yang telah melingkupi wilayah yang cukup luas kemudian dikembangkan. Pembentukan ulang masyarakat juga dirancang dengan mengkodekan berbagi hal agar masyarakat dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai apa yang sebenarnya diharapkan agen kapitalis.
Pembentukan budaya sekarang dimana ada sesuatu yang secara halus dipaksakan untuk menyimbolkan dirinya menurut tatanan kelas yang sesuai dengan dirinya. Kelas sosial yang coba dibangun dalam masyarakat sangat berpengaruh dengan budaya yang ada pada kelas tersebut. Agen kapitalis mencoba untuk membentuk budaya yang ada dalam masyarkat dengan menyimbolkan produknya untuk mengasumsikan diri masyarakat berada pada kelas tersebut. Budaya yang secara tidak langsung dipaksaksakan mengakibatkan paradigma masyarakat yang terbalik yaitu pemaksaan simbol dalam konsumsi masyarakat. Masyarakat yang seharusnya memahami dirinya sehingga dalam membeli produk berdasarkan kebutuhannya. Habitus mendasari fields oleh bourdieu diartikan sebagai jaringan relasi antar posisi-posisi objektif dalam suatu tatanan sosial yang hadir terpisah dari kesadaran dan kehendak bebas[6]. Jeratan budaya yang telah terbangun mengakibatkan masyarakat membeli produk yang pada kenyataannya tidak substansial dibutuhkan tetapi hanya karena mode atau budaya yang ada dalam masyarakat.
Kenyataan yang terjadi dalam masyarakat seakan hanya merupakan hal-hal yang biasa tetapi ketika kita analisis lebih mendalam hal tersebut merupakan pemaksaaan simbolik produk melalui media serta pembentukan budaya massa. Media yang terus menawarkan produk lewat iklan. Penawaran iklan yang sekarang dikemas tidak mengacu pada substansi produk tersebut tetapi dikemas menjadi suatu yang menyimbolkan masyarakat untuk membeli produk tersebut. Perkembangan budaya pop yang terjadi sekarang telah mengalahkan beberapa nilai dan memasuki berbagi segi kehidupan manusia.
3.         Pragmatisme dan Hedonistik
Budaya yang dibangun agen kapitalis berpengaruh terhadap mentalitas masyarakat yang terus bergelut dengan jeratan media yang membentuknya. Budaya tersebut membentuk mentalitas masyarakat yang pragmatis dan hedonis karena kita sekarang dihadapkan pada realita yang semu dan tidak mempunyai nilai. Sifat yang ada dalam masyarakat sekarang terus berlanjut dan hanya berfokus pada materialistis. Pragmatisme yang menjadi mentalitas masyarakat saat ini merupakan orientasi masyarakat yang sangat sempit dan berorientasi pada hasil yang sekarang harus terpenuhi. Orientasi hasil yang terbangun dalam masyarakat menjadikannya malas dalam berusaha dan pergerkan untuk menapaki jenjang lebih lanjut menadi tidak ada.
Hedonistik yaitu sebuah mentalitas yang menganggap kehidupan ini berorientasi untuk menikmati kesenangan hidup in secara berlebi-lebihan. Mentalitas ini menjadikan masyarakat malas untuk berusaha dan fokus dalam kehidupannya hanya untuk menyenangkan dirinya tanpa memandang hal lain yang lebih penting.
Budaya inilah yang semakin melanggengkan kapitalisme karena kehidupan yang pragmatis dan hedonis menjadikan manusia berorientasi pada kegiatan yang disuguhkan oleh agen kapitalis. Kehidupan yang semakin tidak bermakna dan bernilai seolah dijalaninya dengan biasa dan merupakan kehidupan yang seharusnya terjadi.
4.         Penindasan dan Derita Rakyat
Rakyat selalu menjadi yang dirugikan dan ditindas. Sistem ekonomi yang kapitalistik menyebabkan kerugian dalam banyak hal yaitu eksploitasi sumber daya alam, eksploitasi manusia, perusakan alam, hutang, karupsi dan lain-lain. Menurut Pak Amien dalam buku Selamatkan Indonesia kapitalisme telah terstruktur dalam korporatokrasi yang terdiri dari korporasi besar, pemerintah, perbankan dan lembaga keuangan internasional, militer, media massa, intelektual pengabdi penguasa dan elite nasional bermental inlander. Hal tersebut berada pada datarn elite yang hanya memikirkan kepentingan masing-masing. Kepentingan rakyat yang seharusnya dipikirkan tidak pernah ada dalam pikiran mereka sehingga imbas yang terjadi dirasakan rakyat.
Rakyat yang menemui berbagai masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah dan semua masyarakat secara bersama-sama. Tetapi pada kenyataannya pemerintah yang seharusnya mengayomi dengan kebijakan yang dikeluarkan tetapi malahan menindas dengan kebijakan yang dikeluarkan. Permasalahan kemiskinan, hutang negara, pengangguran, kriminalitas tidak pernah coba dianalisis lebih mendalam sebingga kebijakan untuk menyelesaikan dapat menjadi solusi yang langsung mengakar pada permsalahan utama. Kebijakan yang diambil hanya program untuk kepentingan segelintir orang saja.
Kazhanah Pemikiran Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui pemberian wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan agama untuk seluruh alam semesta. Konsep awal yang dibangun dalam kazhanah pemikiran Islam adalah Tauhid yaitu dengan meng-Esakan Allah sebagai Wujud mutlak yang melingkupi segala hal. Konsep kesamaan dalam hal wujud menjadikan kita menjadi tidak ada perbedaan dalam wilayah eksistensi tetapi berbeda karena adanya berbgai esensi yang melingkupi manusia. Islam juga memandang tidak adanya perbedaan pada manusia tetapi hanya tingkat ketaqwaan yang membedakannya.
Agama tradisional, jika diformulasikan dalam teologi pembebasan dapat memainkan peran sentral sebagai praksis revolusioner, dibanding agama yang hanya berupa upacara-upacara ritual yang tidak bermakna. Aspek teologis yang berkembang tidak hanya dipahami sebagai sebuah doktrin agama dan ibadah yang dijalani hanya secara ceremonial tanpa memberikan pemaknaan dalam diri maupun perkembangan masyarakat. Sehingga akan ada dikotomi keduanya yaitu antara perbuatan jasmani dan ruhani yang seharusnya merupakan satu bagian. Agama akan menjadi candu seperti dikatakan oleh Marx  hanya jika menjadi lenguhan kaum yang tertindas, hati dari manusia robot dan jiwa dari keadaan yang kosong[7]. Islam merupakan agama yang menjadi bagian dari kehidupan manusia secara jasmaniah dan lahiriah sehingga, teologi pembebasan dan tauhid sosial dapat diaktualisasikan untuk proses transformasi sosial dalam lingkup keagamaan.
Tauhid berfungsi antara lain mentransformasi setiap individu yang menyakini menjadi manusia yang lebih kurang ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap belenggu sosial, ekonomi, politik dan budaya[8]. Perubahan yang terjadi untuk keluar dari berbagai belenggu yang menjadikan manusia menjadi tertindas dan tidak termaknai dirinya sebagai manusia. Berbagai bentuk penindasan yang terjadi sekarang ini tidaklah terjadi secara langsung tetapi pemanfaatan berbagai asapek yang telah mengurung manusia dari wilayah geraknya yang bebas.
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan yang dalam masyarakat sehingga kehidupan yang dijalani dapat berperan untuk dirinya maupun untuk masyarakat secara luas, keadilan dapat terwujud dengan adanya pemahaman terhadap kedudukan dirinya dan proses aktualisasi yang dilakukan tidak keluar dari wilayah geraknya.
Teori Sosial Profetik
Keimanan kepada wahyu dan kenabian merupakan hasil dari semacam pandangan mengenai alam semesta dan umat manusia, yang disebut “prinsip hidayah universal”[9]. Allah Tuhan semesta alam yang melingkupi segala hal tidak akan pernah meninggalkan ciptaanya sendiri tanpa bantuan ataupun hidayah. Segala sesuatu yang ada dalam dunia ini bergerak dan melakukan perubahan menuju tujuannya. Para nabi bertindak sebagai penerima wahyu yang menyampaikan pesan-pesan kepada umat manusia. Nabi yang diutus Allah merupakan pemberi arahan bagi umatnya kecuali Nabi Muhammad SAW yang menjadi nabi terakhir untuk seluruh umat manusia.
Dalam kehidupan para Nabi yang diutus berusaha untuk membebaskan dari penderitaan, takhayul, penindasan, perbudakan dan ketidakadilan. Pembebasan yang dilakukan untuk mengangkat kedudukan manusia pada posisinya serta memberikan kebebasan untuk berfikir dan bertindak. Nabi tidak juga hanya sebagai penghantar wahyu saja tetapi juga merupakan aktivis yang berusaha untuk mengaktualisasikan wahyu yang diberikan kepadanya untuk kemaslahatan umat. Konsep tauhid yang dibawa oleh nabi yaitu mengesakan Allah juga tidak hanya dimaknai sebagai sebuah doktrin agama tetapi direpresentasikan menjadi praksis gerakan yang membebaskan umat karena ketika ada ketertindasan maka pengesaan Allah akan teralih karena adanya penindas yang dianggap lebih dengan menafikan Allah.
Dalam perjalanan masing-masing Nabi memiliki suatu tujuan yang dijadikan proses akhir untuk bergerak beberapa pendapat yaitu[10]:
1.      Nabi-Nabi mempunyai tujuan ganda artinya mereka mempunyai dua tujuan yang berdiri sendiri. Salah satu diantaranya adalah berkaitan dengan kehidupan dan kebahagiaan di akhirat dan tujuan yang lain berkaitan dengan kebahagiaan duniawi.
2.      Tujuan sesungguhnya dari misi kenabian adalah monotheisme sosial dan prasyarat utamanya adalah monotheisme praktis dan individual.
3.      Tujuan sebenarnya dari misi kenabian adalah agar manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya.
4.      Pandangan yang ketiga menyebutkan bahwa tidak hanya kesempurnaan manusia dan tujuan akhirnya saja, tetapi kesempurnaan setiap manusia terletak dalam langkah menuju kepada Tuhan.
Wahyu merupakan sarana Ilahi untuk memberikan petunjuk kepada umat dengan ayat-ayat yang dapat dijadikan landasan serta ditransformasikan oleh Nabi. Wahyu merupakan salah satu epistimologi yang dipakai selai rasio dan empiris. Beberapa pendapat yang merupakan tujuan dari para Nabi diutus oleh Allah dan para Nabi merupakan kosep ideal yang dapat dijadikan tauladan dalam menjalani kehidupan ini. Proses kehidupan para Nabi merupakan hal yang dijadikan refleksi kehidupan yang berlandaskan pada Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT.

Penerapan Teori Sosial profetik
Perkembangan hidup ini tidak dapat lepas dari segala apa yang mendahuluinya karena perlu refleksi dan reaktualisasi untuk mendapatkan suatu jalan untuk kehidupan yang lebih baik. Marxis dengan perjuangan antar kelas untuk menjatuhkan kekuasaan pemodal dan merebutnya dengan menciptakan masyarakat tanpa kelas juga tidak berhasil. Perjuangan pemberontakan dan revolusi juga hanya mengacu pada kepentingan pihak-pihak tertentu saja.
Teori Sosial profetik memberikan suatu tawaran untuk melakukan perubahan dengan mengreaktualisasikan perjuangan Nabi. Proses reaktualisasi ini tidak hanya pada wilayah peribadatan saja tetapi juga mencakup segi praktis gerakan kepada hubungan horizontal ke sesama. Misi kenabian yang pertama yaitu untuk kebahagiaan akhirat dan dunia, proses kehidupan ini memainkan dua hal yang substansial dan tidak dapat dipisahkan yaitu aspek jasmani dan ruhani sehingga dalam tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan akhirat dan dunia. Nabi membawa misi yang tidak dikotomis untuk satu hal saja tetapi dalam perannya memasukksn keduanya dalam kesatuan tak terpisahkan.
Misi kedua adalah tujuan sesungguhnya dari misi kenabian adalah monotheisme sosial dan prasyarat utamanya adalah monotheisme praktis dan individual. Monotheisme sosial ini dapat dimaknai sebagai aktualisasi diri dengan peranannya dalam kehidupan sosial, artinya tuntunan agama juga mengedepankan aspeks sosial untuk kemaslahatan umat dan proses transformasi kearah yang lebih baik.
Misi yang ketiga adalah agar manusia mengenal Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Proses kehidupan didunia ini tidak lepas dengan proses selanjutnya dalam wilayah lain sehingga dituntut bahwa proses di dunia tidak hanya sebatas kebebasan yang tidak ada batasannya tetapi juga aktualisasi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kehidupan yang sinergis secara dunia dan akhirat yang menjadi tujuan akhir untuk mendekatkan diri kepada Ilahi.
Konsep ideal merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam proses perubahan. Aktualisasi konsep profetik yang merupakan landasan gerak yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dapat dijadikan sarana untuk mengaktualisasikan diri untuk mencapai tujuan. Keadaan dunia secara umum dan Indonesia secara khusu menuntut adanya perubahan demi tercapainya kebebasan yang terarah.
Kapitalisme yang menjadi besar tanpa adanya perlawanan membutuhkan suatu solusi untuk membela para kaum tertindas yang tertindas secara ekonomi, politik, sosial dan budaya. Proses perubahan sosial tidak hanya dengan satu atau dua kali tetapi menuntut lebih untuk mencapai perubahan yang aktual. Perubahan sosial dituntut adanya untuk tidak menjadikan stagtanisasi dalam proses kehidupan dengan penguasa yang mementingkan pribadinya.
Proses perubahan sosial dapa dibentuk dengan penebaran wacana dalam masyarakat dengan perubahan paradigama yang dibangun untuk menjadikan perubahan tersebut dapat terwujud. Kesadaran yang dibentuk juga haruslah kesadaran kritis karena proses itu yang dapat dijadikan pembacaan untuk mewacanakan kemasyarakat luas.
 Aktualisasi Gerakan IMM untuk Perubahan Sosial dengan Landasan Profetik
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan gerakan mahasiwa dengan ideologi Islam. Strategi gerakan yang jelas serta landasan yang pasti juga dituntut ada untuk menunjukan eksistensi serta perjuangan untuk pembebasan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang merupakan bagian dari Muhammadiyah dapat mengintegrasikan perjuangan untuk membantu rakyat yang tertindas.
Beberapa kritik dikeluarkan terhadap Ikatan Mahsiswa Muhammadiyah yaitu keadaan yang ditunjukkan dalam tiga hal antara lain:
1.      Kehilangan refleksi tauhid, namun yang dimaksud adalah tauhid sosial, tauhid sebagai ilmi bukan tauhid sebagai ideologi.
2.      Kepemimpinan yang genuine mulai hilang, bahkan berubah menjadi komprador-komprador politik, ekonomi, dan terhadap kepentingan duniawi lainnya.
3.      IMM kehilangan intelektualitas murni, yang muncul justru intelektualitas-intelektualitas tukang[11].
Setelah 45 tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berjuang, sudah seberapa besar pengaruh adanya terhadap kehidupan ini. Proses refleksi perlu kita lakukan bersama agar dapat mengetahui kar permaslahan yang ada kemudian kita aktualisasikan untuk menjadikan internal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi lebih baik dan mempunyai peran dalam kehidupan. Ketika ingin membangun gerakan yang jelas dan dpat dengan nyata merubah permasalahan yang ada maka perlu diberikan landasan nyata dan arah gerak yang fokus. Teori sosial profetik yang ditawarkan sebagai sarana solusi untuk menyelesaikan permasalahan kapitalisme dan modernisasi yang terlampau jauh dan telah keluar dalam lingkup yang kita harapkan, seharusnya kita refleksikan bersama.
Teori sosial profetik yang mengacu pada tiga hal yaitu transendensi, humanisasi dan liberasi sangat dekat dengan pemahaman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang mempunyai Tipologi yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas. Hal tersebut seharusnya coba kita sinergiskan dan membangun gerakan sosial nyata dalam masyarakat.
Langkah-langkah yang dapat Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah lakukan untuk mensinergiskan hal tersebut dan membangun gerakan sosial nyata yaitu, pertama perkaderan yang ideal untuk dapat memberikan kader yang ideal untuk membangun Ikatan ini menjadi lebih baik. Sistem perkaderan yang ada dalam tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah seharusnya tidak hanya bersifat formalitas tetapi lebih diarahkan ke pemahaman substansial untuk membentuk kader yang diharapkan dapat didedikasikan sebagi agen perubahan.
Kedua, aktualisasi gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak hanya dalam dataran wacana dan konsep. Aktualisasi gerakan perlu dilakukan sehingga gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tidak abstrak dan miskin gerakan karena hanya terkungkung dalam dataran wacana. Filosofi yang digunakan KH Ahmad Dahlan mengenai tafsiran Al-Ma’un harusnya dipakai sebagai landasan praksis gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Perjuangan yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan tidak hanya sebatas pengayaan teori saja tetapi aplikasi teori juga harus dilakukan. Ditilik periode zamannya penekanan amaliah dalam bentuk praktek langsung kehidupan ini merupakan penafsiran yang amat sangat revolusioner[12].
Ketiga, membangun konsep gerakan intelektual. Seorang intelektual yang bertanggungjawab harus mengetahui apa yang dikatakan dan dilakukan oleh mullah, bagaimana ia berhubungan dengan kumpulan massa dan mengapa orang banyak mendatangi ceramah-ceramahnya[13]. Intelektual bukanlah orang yang tahu segalanya dan berada diatas langit untuk memandang bumi yang penuh dengan permasalahan, intelektual adalah orang yang dapat memahami permasalahan yang ada kemudian bertindak untuk menyelesaikannya dan tidak hanya mengeluarkan teori saja tetapi ikut mengkatualisasikannya.
Keempat, pelekatan tanggungjawab sosial yang diaktualisasikan secara nyata yaitu sebagai agent of changes dan agent of control. Tanggung jawab yang melekat tersebut merupakan hal yang dilakukan karena mahasiswa sebagai basis dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kalau dianalisis secara kelas sosial berada pada tengah tingkatan sehingga dapat menjangkau atas maupun bawah. Karena itu sebagai penghubung aspirasi masyarakat untuk disampaikan ke elite politik dan memahamkan permasalahan yang ada dalam dataran atas.
Jangka pendek yang dapat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah lakukan dengan rancangan praksis gerakan untuk mengaktualisasikan gerakan profetik dalam analisis terhadap kapitalisme dan turunan masalah yang muncul setelah kapitalisme muncul yaitu:
1.      Pandangan Islam mengenai Tauhid sosial yang harus diaktualisasikan dalam ranah gerakan IMM dengan adanya kesadaran transformatif untuk melakukan perubahan agar menjadi lebih baik. Ex: Membantu Fakir Miskin dan Anak terlantar, adanya desa binaan.
2.      Pembentukan wacana publik untuk transformasi sosial dengan penolakan kebijakan yang tidak memihak kepada masyarakat kecil.
3.      Membentuk tradisi keilmuwan yang dapat dijadikan landasan analisis untuk mengawasi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
4.      Membangun budaya solidaritas untuk mengaktualisasikan gerakan secara kontinuitas.
 Penutup
Penurunan gerakan mahasiswa sekarang ini jangan sampai melanda Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah, tetapi ketika Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sekarang telah mengalami penurunan maka marilah direfleksikan untuk membangun kembali gerakan sehingga masyarakat yang sekarang telah tertindas dan membutuhkan peranan gerakan mahasiswa dapat keluar dari jeratan tersebut.
Permasalahan kapitalisme yang mendasari permasalahan yang berikutnya muncul harusnya dapat kita telaah bersama sehingga tercipta gerakan nyata yang dapat memberikan solusi nyata. Budaya konsumerisme, budaya pop dan media yang semakin membesarkan kapitalisme dan merenggut komitmen dan loyalitas mahasiswa sekarang untuk berjuang jangan sampai merenggut pula komitmen dan loyalitas gerakan mahasiswa untuk bergerak.
Yang kini melumpuhkan aktivisme sekarang bukanlah semprotan air mata Brimob, tapi semprotan parfum Paris[14]. Perjuangan gerakan mahasiswa yang sekarang ini telah terjerembab kepentingan-kepentingan pribadi sehingga hanya berjalan sewajarnya dan bersifat ceremonial.
Gerakan mahasiswa yang dibangun dengan landasan profetik dapat dijadikan langkah nyata untuk bergerak dan melakukan perubahan karena dalam perjuangan ini terdapat nilai-nilai yang diperjuangkan dan menjadi landasan gerak.
DAFTAR PUSTAKA

Damami, MA, Mohammad. Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2000.

Gaarder, Jostein. Dunia Sophie. Bandung: Mizan. 2004.

Malaka, Tan, Aksi Massa. Jakarta: Narasi. 2008

Muthahari, Murtadha. Falsafah Kenabian. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991.

Prasetyo, Eko.  Islam Kiri: Jalan Menuju Revolusi Sosial, Yogyakarta: Insist.  2004.

                       , Islam Kiri: Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana Menuju Gerakan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. 

Rais, M. Amien. Cakrawala Islam. Bandung: Mizan, 1992.

                          . Agenda Mendesak Bangsa: Selamatkan Indonesia. Yogyakarta: PPSK Press. 2008.

Ritzer, George. Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006.

Shariati, Dr. Ali. Tugas Cendekiawan Muslim, Jakarta: Rajawali Pers, 1994.

Storey, John. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra. 1996

Subandi Ibrahim, Idi (ed.). Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Yogyakarta: Jalasutra, 2004.

Takwin, Bagus.  Akar-Akar Ideologi, Yogyakarta: Jalasutra, 2003.

 Jurnal
Jurnal Pemikiran Skolastik, LPPM Bidang Keilmuan DPP IMM, Vol. 1, No. 1 September-Desember 2006



[1] Dr. Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interprestasi Untuk Aksi. Bandung: Mizan. 1999.
[2] Asghar Ali Engineer. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.
[3] Eko Prasetyo, Islam Kiri (Jalan Menuju Revolusi Sosial), Yogyakarta: Insist.  2004.
[4] George Ritzer, Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006.
[5] George Ritzer, Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2006.
[6] Bagus Takwin, Akar-Akar Ideologi, Yogyakarta: Jalasutra, 2003.
[7] Asghar Ali Engineer. Islam dan Teologi Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
[8] M. Amien Rais. Cakrawala Islam. Bandung: Mizan, 1992.
[9] Murtadha Muthahari, Falsafah Kenabian. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991.
[10] Murtadha Muthahari, Falsafah Kenabian. Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991.
[11] Jurnal Pemikiran Skolastik, LPPM Bidang Keilmuan DPP IMM, Vol. 1, No. 1 September-Desember 2006
[12] Mohammad Damami, MA, Akar Gerakan Muhammadiyah, Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2000.
[13] Dr, Ali Shariati, Tugas Cendekiawan Muslim, Jakarta: Rajawali Pers, 1994.
[14] Idi Subandi Ibrahim (ed.), Lifestyle Ecstasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Yogyakarta: Jalasutra, 2004.

Aug 15, 2010

BUDAYA KONSUMERISME

”Masyarakat apa yang tidak mengenal keserakahan?
Masalah tata sosial sekarang adalah bagaimananmenciptakan sistem dimana keserakahan tidak begitu menyakitkan; dan itulah kapitalisme.(Milton Friedman)” 

Perkembangan masyarakat dengan adanya berbagai kemajuan memberikan berbagai dampak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, karena dengan adanya berbagai teknologi serta budaya yang berkembang menjadikan suatu budaya baru yang terjadi dalam masyarakat. Industrialisasi yang semakin berkembang memberikan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, kapitalis yang merupakan sistem yang berperan memberikan berbagai dampak yang menjadikan manusia/masyarakat sebagai objek dalam rangka mengembangkan sistemnya serta lebih menekankan pada proses produksi, tetapi dalam perkembangan saat ini konsumsi menjadi fokus utama yang menjadi pengembangan dari modal. Konsumsi yang sekarang ini menjadi penekanan dalam sistem yang ada memberikan berbagai dampak karena permainan dari kapitalis, ”...kenyataanya kebutuhan dan konsumsi adalah perluasan dari kekuatan produktif yang diorgasnisir .(Baudrillad)”. 

Keadaan masyarakat yang sekarang ini semakin berubah seiring perkembangan zaman dimana pengaruh dari budaya konsumerisme yang terjadi di masyarakat dengan adanya perubahan pola pikir dimana masyarakat sekarang terpengaruh adanya budaya yang berkembang sehingga sebuah substansi yang ada terkalahkan oleh budaya yang ada sebuah substansi yang seharusnya merupakan tujuan awal dan utama terkalahkan dengan adanya dominasi budaya yang berkembang di masyarakat. Budaya merupakan hasil dari proses sosial yang dilakukan manusia tetapi pada kenyataan sekarang ini budaya yang ada menjadi pembentuk diri manusia. Batasan tipis antara kebutuhan dan keinginan yang menjadikan pemikiran masyarakat sekarang ini lebih kearah keinginan dan budaya atau mode yang sedang berkembang, proses konsumsi dari masyarakat sekarang ini tidak tergantung pada substansi kebutuhan tetapi adanya pelekatan mode serta buadaya yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Adanya kelas dalam masyarakat juga dapat dijadikan perkembangan dalam adanya budaya konsumerisme, adanya kelas sosial memberikan dampak budaya yang seharusnya ada dalam masing-masing kelas sehingga pelekatan fashion serta mode yang ada haruslah sesuai dengan budaya yang berkembang pada masing-masing kelas, sehingga masyarakat kelas atas ketika mereka membeli barang haruslah ber-merk dan mempunyai kelas sesuai kelasnya. Serta masyarakat yang berada pada kelas yang lain yang ingin dimasukkan dalam kelasnya haruslah mengikuti budaya pada kelas yang diinginkan.

Peran media yang merupakan sarana pengkodean merupakan hal yang menjadikan budaya konsumerisme dapat berkembang, karena adanya iklan yang berkembang pada masyarakat yang menjadikan orang tidak berfikir secara rasional kebutuhan tetapi berdasarkan penerimaan pengkodean yang telah ter-frame dalam pikiran yang diungkapkan sebagai budaya yang ada dalam masyarakat.

Berbagai hal yang kita alami sekarang ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi merupakan proyek yang direncanakan dalam pengembangan sistem kapitalis un tuk melebarkan sayapnya. Peran budaya yang seharusnya merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia ternyata berkembang secara kebalikannya karena manusia sekarang merupakan bentukan budaya yang ada, budaya yang dibentuk pada kenyataanya merupakan bentukan agen kapitalis yang dibentuk melaluai berbagai media yang menyampaikan kode kepada manusia yang diterima dan dilakukan oleh manusia. Kelas sosial yang ada dimanfaatkan oleh kapitalis untuk lebih mengembangkan sistem yang ada karena adanya motivasi yang diberikan media tentang berbagai hal untuk mencapai suatu kelas dan peran utama dari media yang dimanfaatkan dan dapat membentuk wacana dalam masyarakat dan pola berfikir yang dijalaninya.

Perkembangan budaya konsumerisme yang terjadi seharusnya kita sadari karena hal yang terjadi dalam masyarakat tersebut menguntungkan para pemilik modal dan memanfaatkan masyarakat yang menjadi objek. Peran kita sebagai generasi muda seharusnya mempunyai pikiran kritis untuk menyadari adanya hal ini dan menentang budaya tersebut karena hanya merugikan bagi kita, serta jangan sampai kita menjadi orang (agen) yang mendukung dan mengembangkan hal tersebut. Budaya konsumerisme telah menjadikan mahasiswa lupa dengan posisi mereka sebagai intelektual dan menjadikan mereka agen yang terjebak dalam posisi tersebut.”Budaya merupakan bentukan manusia dan dapat dirubah oleh manusia, kesadaran kritis dan proses transformasi sosial dapat dilakukan untuk merubah keadaan menjadi lebih baik”.

Jul 19, 2010

PEMIKIRAN POSTMODERN JEAN BAUDRILLARD

Pendahuluan

Postmodern yang selama ini menjadi pembicaraan dimana sebuah era modernitas telah berakhir dan memasuki suatu era baru yaitu postmodernitas. Perubahan yang terjadi misalnya dalam hal perbedaan sudut pandang dan juga pemikiran yang terjadi sehingga mas postmodern bukan merupakan suatu masa yang dilihat dari perubahan realitas tetapi dilihat dalam perubahan sudut pandang dan juga pemikiran.

Jean Baudrillard adalah seorang postmodernis karena karya-karya yang dia keluarkan memiliki efek yang luar biasa pada reori social postmodern dan mempengaruhi postmodernis dalam bidang yang meliputi banyak hal. Tetapi Baudrillard sendiri sangat jarang menggunakan terma postmodern dan bahkan memusuhinya dalam menggambarkan orientasinya: “Tidak ada satu hal pun asperti postmodernisme. Jika anda menafsirkan cara ini, sudah nyata bahwa saya bukan gambaran kehampaan ini... tidak ada kaitan dengan saya...saya tidak mengakui diri saya dalam semua ini.”

Pemikiran Baudrillard mengenai sosial telah bubar dan meledak dalam massa artinya faktor sosial kunci seperti kelas dan perbedaan etnik telah lenyap dalam penciptaan yang sangat besar, massa yang tidak terbedakan.

Isi

Sebelum membahas tentang karya Baudrillard yang dibahas ini hanya sebatas konsumerisme dan kode. Karya Baudrillard sangat dipengaruhi oleh perspektif Marxian yang menitik beratkan pada masalah ekonomi. Tetapi Marx dan sebagian marxian menfokuskan pada produksi sedangkan Baudrillard menfokuskan tentang masalah konsumsi. “Baudrillard tetap pada dasar pendirian teori marxis yang menitikberatkan pada masalah ekonomi dan proses-proses material dalam analisis cultural dibandingkan marxis lain saat ini.”(Gane, 1991a: 70-71).

Pada tahapan awal Baudrillard menggunakan posisi Marxistredisional dan terus terpusat pada produksi karena dia memandang objek konsumsi sebagai suatu yang diorganisir oleh tatanan produksi atau dalam arti lain kenyataannya kebutuhan dan konsumsi adalah perluasan kekuatan produktif yang diorganisir. Meskipun penerimaan yang nyata dari model super struktur dasar ini. Baudrillard memberikan makna konsumsi bukanlah tambahan kecil bagi perputaran capital tetapi merupakan kekuatan produktif yang penting bagi capital itu sendiri.

Pandangan Baudrillard system objek konsumen dan system komunikasi pada dasar periklanan sebagai pembentukan sebuah kode signifikansi yang mengontrol objek dan individu ditengah masyarakat seperti yang diklaim Baudrillard yaitu bahwa objek menjadi tanda dan nilainya ditentukan oleh sebuah aturan kode. Ketika kita mengkonsumsi objek kita juga mengkonsumsi tanda dan dalam konsepnya kita mendefinisikan diri kita. Melalui objek setiap individu dan setiap kelompok menemukan tempat masing-masing pada sebuah tatanan dan mendorong tatanan ini berdasarkan garis pribadi.

Baudrillard menjelaskan bahwa dalam sebuah dunia yang dikontrol oleh kode persoalan-persoalan konsumsi memiliki sesuatu yang berkenaan atas apa yang umumnya kita kenal sebagai kebutuhan. Ide kebutuhan berasal dari pembagian subjek dan objek palsu sehingga ide kebutuhan diciptakan untuk menghubungkan keduanya itu. Jadi berdasarkan pengulangan penegasan antara subjek dan objek (subjek butuh objek dan objek adalah yang dibutuhkan subjek). Baudrillard mencoba untuk mendekonstruksi dikotomi subjek dan objek dan lebih umum lagi konsep kebutuhan. Kita tidak membeli apa yang kita butuhkan tetapi membeli apa yang kode sampaikan pada kita tentang apa yang seharusnya kita beli. Lebih jauh lagi kebutuhan kita sendiri ditentukan oleh kode jadi kita menentukan kebutuhan atas apa yang disampaikan kode pada kita tentang apa yang dibutuhkan.

Konsumsi juga tidak ada kaitannya atas yang secara umum kita pahami sebagai suatu realitas, malahan konsumsi berkaitan dengan kepemilikan yang sistematis dan tidak terbatas tanda objek konsumsi. Dan dalam masyarakat konumen yang dikontrol oleh kode hubungan manusia ditransformasikan dalam hubungan dengan objek terutama konsumsi objek. Objek-objek itu tidak memiliki makna karena kegunaa dan keperluan tetapi memiliki makna sendiri sebagai tanda daripada nilai guna atau nilai tukar dan konsumsi tanda-tanda objek ini menggunakan bahasa yang kita pahami. Komoditas dibeli sebagai gaya ekspresi dan tanda, prestise, kemewahan, kekuasaan dan sebagainya.

Baudrillard juga menyelidiki tetang masalah dunia fashion sebagai sebuah paradigma kode. Dalam dunia fashion semua yang kita lihat adalah permainan sederhana penanda-penanda dan akibatnya hilanglah setiap sistem rujukan. Fashion tidak menciptakan apa-apa juga tidak merujuk pada sesuatu yang nyata bahkan tidak menggiring kemanapun tetapi hanya menciptakan suatu kode. Fashion juga tidak memiliki nilai moralitas dan cenderung menyebar laksana virus dan kanker.

Meskipun fashion menggambarkan dominasi kode dan juga komoditas dan simulasi ia juga dalam satui pengertian merupakan ancaman bagi system. Fashion adalah salah satu bidang yang bercirikan permainan ketimbang kerja, ia adalah dunia ilusi. Ia bermain dengan sesuatu misalnya kebaikan dan kejahatan, rasionalitas dan irrasionalitas. Fashion ini mengendalikan orang muda zaman sekarang sebagai perlawanan bagi setiap bentuk perintah, perlawanan tanpa ideologi, tanpa tujuan.

Penutup

Jadi konsumerisme dan fashion merupakan pengkodean atau penyimbolan yang mengsugesti masyarakat dan dapat merusak suatu system serta tatanan yang ada dalam masyarakat

May 10, 2010

PARPOL MAHASISWA WUJUD DEMOKRATISASI KAMPUS

Partai politik (Parpol) mahasiswa barangkali masih terdengar asing di dalam dunia kemahasiswaan. Tidak dapat dinapikan bahwa kehadiran Parpol mahasiswa dapat menjadi pembelajaran politik yang efektif bagi mahasiswa sebelum terjun langsung ke dunia perpolitik praktis atau partai politik. Disini politisi mahasiswa dituntut untuk professional dalam bergerak dan menjalankan roda kepartaian.

Menurut informasi ternyata untuk permulaan pemilu hampir diseluruh kampus Indonesia terdeteksi tanpa menggunakan system parpol mahasiswa dalam menjalankan pemilihan umum (pemilu) untuk Eksekutif (Presiden dan Wakil Presiden) dan legislative ( Dewan Perwakilan Mahasiswa). Namun dalam perkembangan perpolitikan mahasiswa ternyata perlu untuk menggunakan suatu system yang mengaspirasikan suara dari keseluruhan mahasiswa sehingga hampir di setiap kampus di Indonesia untuk sekarang ini menggunakan pemilu dengan adanya parpol mahasiswa.

Kehadiran Parpol mahasiswa di kampus akan memberikan banyak manfaat yaitu:
Pertama, Menciptakan pola baru dalam perpolitikan mahasiswa karena praktik pemilu yang biasa diselenggarakan di kampus selama ini kurang merebut simpati dan partisipasi mahasiswa bahkan cenderung monoton.

Kedua, Dalam rangka mewujudkan demokratisasi kampus. Istilah demokrasi di kampus akan memiliki makna “ Dari mahasiswa- Oleh Mahasiswa- Untuk Mahasiswa “ secara jelas bahwa semuanya berkaitan dengan kemahasiswaan jadi perlu dihindari boncengan stake holders atau orang yang berkepentingan yang mempunyai misi tertentu dengan terpilihnya wakil-wakil mahasiswa di lembaga kemahasiswaan.

Hal-hal seperti ini akan menyadarkan posisi lembaga kemahasiswaan untuk serius menunaikan amanah untuk memperjuangkan dan memfasilitasi kepentingan mahasiswa bukan untuk memperjuangkan kepentingan- kepentingan pihak tertentu. Kalau pemerintah sesungguhnya pelayan rakyat maka pemerintah mahasiswa adalah pelayan mahasiswa.

Ketiga, untuk meningkatkan daya partisipasi mahasiswa dalam pemilu. Karena kalau kita melihat dalam pemilu mahasiswa antusias dari mahasiswa itu sendiri kurang sekali padahal ini adalah wujud partisipasi mahasiswa untuk memilih calon yang visi dan misinya sesuai dengan apa yang dia harapkan sehingga secara otomatis mahasiswa akan menjatuhkan pilihan untuk lembaga eksekutif dan legislative pada apa yang secara jelas mempunyai inisiatif untuk memperjuangkan kepentingan mahasiswa jadi persaingan yang terjadi secara sengit antar kelompok mahasiswa memperebutkan simpati mahasiswa untuk memenangkan pemilu terjadi secara sehat dan untuk pembelajaran perpolitikan mahasiswa. Kadang mereka juga disibukkan dengan urusan- urusan kuliah sehingga mahasiswa tahu tetapi tidak mau tahu apa yang sedang terjadi di kampus.

Keempat, menguatkan legitimasi keberadaan lembaga mahasiswa yang selanjutnya lembaga tersebut akan diakui legtimasinya yang selama ini dipertanyakan birokrat kampus dan kalangan mahasiswa sendiri.
Kelima, melaksanakan pendidikan politik dan menumbuh kembangkan kesadaran akan hak dan kewajiban politik mahasiswa dalam kehidupan lembaga mahasiswa, karena pendidkan di kampus yang akan berbicara tentang politik yaitu hanya mahasiswa ISIPOL khususnya Ilmu Pemerintahan yang backgroundnya adalah masalah perpolitikan tetapi bisa juga kita dari Ekonomi, FAI, Kedokteran dan lain-lain mempraktikan perpolitikan dengan adanya pemilu seperti itu.

Keenam, menyerap, menyalurkan dan memperjuangkan kepentingan mahasiswa dalam pembuatan kebijakan lembaga mahasiswa melalui BEM dan Senat sehingga ada suatu persiapan untuk mengisi jabatan- jabatan politik sesuai mekanisme demokrasi.
Berbagai parpol mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda-beda mengikuti pemilu sekaligus mengendarai parpol yang berbeda setidaknya telah menunjukkan dinamika perpolitikan mahasiswa yang cukup menarik dipelajari dan pada akhirnya mewujudkan demokratisasi di kampus.

Apakah sebuah pemilu mahasiswa akan benar- benar mencerminkan mahasiswa yang berdaulat? Kalau dilihat dari perkembangan pemilu mahasiswa yang kita ketahui bahwasanya pemilu itu hanya akan menampung kepentingan dari suatu kelompok yang memenangkan pemilu sehingga tiap kelompok akan berusaha untuk memenangkan pemilu tersebut.

Pemilu mahasiswa merupakan ajang dimana mahasiswa dapat menyalurkan aspirasi untuk kemajuan di kampus dari segi kemahasiswaan melalui lembaga-lembaga yang ada sehingga wujud dari demokrasi kampus itu akan nampak secara nyata. Dengan adanya parpol sebagai sarana maka akan menunjukkan persaingan sengit pada tahap kemahasiswaan dalam rangka untuk mengidealkan keberadaan pemerintahan mahasiswa “student government “.

Kemajuan pembelajaran perpolitikan mahasiswa semoga akan menjadikan suatu pembelajaran yang akan menjadi pemimpin bangsa ini di masa depan sehingga dengan adanya pembelajaran politik di lingkungan kampus akan menciptakan seorang pemimpin yang ideal di masa depan. Tetapi hari ini banyak mahasiswa yang tidak mengetahui siapa presiden mahasiswanya? Semoga perubahan akan terjadi dengan kesadarannya akan peran tiap mahasiswa dalam menentukan pemimpinnya di kampus dan juga para pemimpin yang berada pada lembaga di kampus dapat mengoptimalkan pekerjaannya dan menjadi seperti yang diharapkan.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More